Walaupun hanya orang biasa yang kagum dengan perkeretaapian Indonesia, saya salut dengan adanya Majalah KA (dengan forum ini), IRPS di www.irps.or.id dan MPKAS di www.west-sumatra.com yang tetap berupaya melestarikan aset warisan kolonial ini di Indonesia. Ikut sedih membaca berita duka dari mas Bagus. Dari artikel yang pernah saya baca, CC200 pernah beroperasi hampir di semua daops dari Jakarta hingga Banyuwangi. Masalah klasik di BUMN adalah kesulitan dana terutama dana pemeliharaan karena sesuai dengan kebiasaan, kita bisa membuat/membeli tetapi kita sering kesulitan merawat dan memeliharanya. Kalo boleh usul, bagaimana kalo CC200 08 dan 09 yang parah dikanibal kemudian dipajang seperti museum kemudian sparepart dipasang pada CC200 15. Kemudian CC200 15 yang masih sehat dipertahankan untuk acara-acara pentingisalnya HUT Kereta Api atau sesekali untuk menggalang dana untuk menambah biaya pemeliharaan CC200 dan BB200. Selama ini loko yang masuk Pengok biasanya tamat riwayatnya dan siap untuk dihilangkan dari peredaran selamanya bahkan bangkainya pun tinggal kenangan. Ibaratnya "hanya tinggal nama" Mungkin para KAmania bisa "urun rembug" yang lebih baik, bagaimana solusi terbaik dari masalah ini (sesuai berita duka dari mas Bagus) saya ikut berterima kasih karena demi pelestarian kereta api Indonesia umumnya dan CC200 khususnya. |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar